“sarapan sayang” kata ksatriaku yang dengan sabar menjagaku di kamar ini selama 3 bulan terakhir ini
“apa aku seberharga itu, sampe tiap hari kamu ke sini ?” dia hanya memandangiku dengan tatapan kosong “tentang SLE!! Systemic Lupus Erythematosus yang menggerogotiku, kenapa masih aja peduli sama aku?”
“nggak peduli apapun yang terjadi, kamu tetep Ellinna-ku!” jawabnya tegas
“aku tanya sekali lagi. sayang, kenapa sih kamu masih peduli sama aku ? padahal sekarang aku jelek! Ngerepotin lagi!” tanyaku sambil melahap suapan kecil darinya
“kenapa nanya gitu?” tanyanya tanpa ekspresi “kayak nggak punya dosa aja”
“aku serius”
sejenak ekspresinya berubah menjadi siratan kekecewaan, kemudian dia menghela nafas panjang “kamu inget nggak, waktu dulu kamu ngerawat Anika?”
“ya, 8 tahun lalu, sekitar waktu SMP. Udah cukup lama tapi aku masih inget. Kenapa?”
“waktu itu aku nanya sama kamu, kenapa kamu masih aja mau ngerawat seorang pengidap Alzheimers yang padahal udah nggak kenal siapa kamu! Siapa orang yang setiap hari ngunjungin dia, orang yang udah ngerawat dia, kamu!”
“lalu?”
“inget jawaban kamu apa?”
aku menunduk memikirkan seonggok jawaban yang dulu kupergunakan untuk menjawab pertanyaan yang sekarang kubuat “ya, aku bilang…karena suatu saat nanti jika aku seperti Anika, aku tidak ingin terabaikan” sekarang dia tersenyum dan mengusap kepalaku yang tak sehelaipun bertengger rambut di sana “tapi jika tidak ada jawaban itu, apa kamu akan mengabaikanku?” aku menatapnya dalam-dalam
“tidak juga, sebenarnya ada jawaban lain”
“apa?”
“aku cinta kamu sayang. Dan aku pengen semua cita-cita kamu terwujud, tinggal 2 hari lagi kita sarjana. Kamu hebat sayang, bisa menyelesaikan skripsi sampai tahap akhir”
“iyalah, sampe botak gini!”
dia tertawa kecil padaku “tapi kamu tetep cantik di mataku”
“kok bisa?”
“kalo enggak ngapain sampe sekarang aku masih pacaran sama kamu?”
“mungkin kamu kasihan sama aku”
“idih, enggak! Aku itu enggak kasihan, tapi cinta!!” kata-katanya mantap, dan aku hanya tersenyum karena sikapnya yang benar-benar seperti anak kecil itu
“apa besok aku pantes dateng ke wisuda?”
“kenapa lagi nanya gitu?”
“Ginjalku bocor, dan kakiku? Keropos ! jadi susah jalan, padahal umurku baru 23 tahun.
Sendi-sendiku juga sering nyeri, kepalaku pun botak, badanku gendut karena steroid ‘si penenang lupusku’, wajahku sekarang *moonface, pipiku gembung, perutku busung, setiap orang yang liat aku pasti nanya ‘hamil berapa bulan mba?’ lucu kan? Ehh bukan lucu, tapi aneh, nakutin! Dan penyebabnya hanya satu, yaitu LUPUS.
ohh, satu lagi! I must to avoid the SUN, Dear! Padahal namaku Ellinna Rahma Sunny”