Sabtu, 28 April 2012

Hujan & Kamu

Aku selalu mengingatmu ketika gerimis mulai merintik kecil, kemudian rintik kecil itu berangsur merapat dan menderas dan berdenting dengan genting yang kemudian menimbulkan harmonisasi tersendiri di telingaku, seperti getaran gema suaramu yang terrekam dengan jernih di telingaku.

Saat seperti itulah saat dimana aku dapat menatap dan merasakanmu dari balik tirai dan kaca jendela melalu bulir-bulir air hujan yang menitik di tanah yang mulai basah. Dan ketika waktu itu telah datang, ketika itu pula terkadang aku mulai berangan jika lengan hangatmu memelukku, dan aku bersandar pada dada bidangmu yang  menenangkan.


Aku mencintaimu seperti aku mencintai hujan yang menyegarkan. Hanya saja, terlalu menyakitkan ketika hujan telah mereda digantikan bercak becek kenangan pada tiap jengkal tanah.

Tapi kini ketika hujan telah tertelan kemarau, aku mulai berdiri di ambang batas ragu yang menembus batas kelu yang dikandung kalbu. Dengar, aku mulai lelah merindumu yang tidak kunjung merinduku. Setidaknya seperti itu pikiranku.

Tawa sesaat bersamamu harus kubayar dengan hujan di mataku. Itu yang membuatku semakin ragu akan cinta yang pernah diungkap.

Dan kini aku tak mampu lagi membisikkan berjuta salam rinduku untukmu melalui hujan. Aku juga tak mampu lagi meresapi setiap kilatan tatapanmu yang hujan gambarkan di rinainya.

Mungkin Tuhan mempunyai rencana lain untuk hidup kita. Hidupku dan hidupmu. Aku yakin Dia telah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan kita inginkan. Dan mungkin dengan kau meninggalkanku akan lebih baik untukku cepat melupakanmu. Walau terkadang tanganku selalu ingin menggapaimu melalui angan yang kelabu.

0 komentar:

Posting Komentar

Ayo! sisipkan sedikit komentar anda untuk menghidupkan blog ini

 
;