Ini adalah malam sebelum malam terakhir dalam Desember. Jam perak yang menggantung di dinding kamarku masih saja bertiktok ria menggoyangkan jarum-jarum runcingnya menuju angka 12. Sama seperti malam-malam sebelumnya di 2 minggu ini, sangat sulit untuk mendapatkan kantuk, sama seperti sulitnya mendapatkan kesabaran untuk menunggumu.
Aku menyibak gorden hijau yang menutupi kaca di samping kiriku. Ah, hujan di luar semakin lebat saja, sama seperti lebatnya rindu untukmu. Walaupun aku tau bahwa hati manusia dirancang dengan konstruksi yang rumit dan dibangun dengan pondasi yang kokoh, namun tetap saja aku percaya bahwa hati manusia dirancang untuk terluka.
Seperti hari ini dan hari-hari sebelumnya. Mestinya tak kuikuti insting keingintahuanku tentang kabarmu. Mestinya tak kucari-cari lagi keadaanmu di sudut-sudut dunia maya. Mestinya tak kutengok lagi ocehanmu dalam kicauan-kicauan kita dalam masa yang telah lalu. Karena mestinya, ini akan membuatku kecanduan dan akan semakin sulit mengobati kerinduan.
Bagaimana bisa aku memiliki rasa yang dalam seperti ini kepadamu?
Aku mencintaimu dengan rindu yang berdarah-darah
Aku mencintaimu dengan rindu yang meronta tanpa lelah
Aku mencintaimu dengan rindu yang tak kenal kata sudah
0 komentar:
Posting Komentar
Ayo! sisipkan sedikit komentar anda untuk menghidupkan blog ini