Kamis, 24 Mei 2012 0 komentar

tag : ALL OF MY LOVE (before,now,after,forever)

Tatapanku terpaku kepada genangan air hujan semalam. Bukan genangan yang kuamati, tapi wajahnya. Lelaki yang berrahang tegas, dagunya lancip, berkulit putih, bermata sayu, hidungnya menjulang mancung. Dia lelaki pertama yang mengajakku menduduki jok motor merahnya. Dia lelaki yang membuat jantungku menyemburkan darah lebih banyak dari biasa. Dia lelaki yang menyemburkan jelaga benci di dinding hatiku. Dia yang dulu menggemakan kata cinta. Untukku.

Apa kabarnya sekarang? Entahlah.

Kami telah menghilangkan kebiasaan meracau melalui teks pesan dari pagi hingga pagi kembali. Kami telah mengganti kebiasaan itu menjadi sepoi kenangan yang kini kurindu. Yang kurasa telah berlalu. Apa pula yang musti kami sesalkan. Dari awal ini memang salah. Aku yang salah.

Tapi Tuhan, aku memang tau perpisahan yang Kau takdirkan adalah yang terbaik untukku dan untuk segala sesuatunya. Dan aku mengerti Kau tak ingin membuatku lebih tersakiti dibanding kini suatu saat nanti. Satu yang tidak kumengerti dan belum kumengerti sampai detik ini, aku memang telah mampu menghilangkan segenap kesedihan dalam relung jiwaku, dan itu karena seseorang. Seseorang yang pernah dan tengah kucinta. Sesosok masa lalu. Cintaku yang terdahulu. Ahh, manisku.

Entahlah.
entah pesona apa yang membuatnya begitu memikat. Padahal dia pernah menyakitiku. Tapi lalu apa? Dia yang dulu menumpahkan segala derita pahit di setiap sudut hidupku, setelah rentang waktu yang begitu lama tiba-tiba datang membawa penawar sakit.
Apa maunya? Entahlah, dia juga tidak pernah menjelaskannya.
Apa dia menyayangiku, mencintaiku? Entahlah, mungkin hanya dulu saja.
Apa mungkin jika masih ada cinta di hatinya? Entahlah, aku rasa pikirannya lebih logis untuk memilih gadis lain karena alasan jarak yang Kau (Tuhan) bentangkan di antara kami.

Aku telah menahan ratapan untuk kesekian kalinya (dan hanya sekian kali aku berhasil). Aku rasa yang kuratapi telah sama-sama berbahagia di sana, di atas lukaku. Pastilah mereka telah menemukan dunia yang baru dan aku pikir lebih indah dari ketika mereka bersamaku. Berhak apa untukku menyumpahi mereka dengan sumpah serapah agar mereka tersakiti seperti dulu aku, ketika mereka menyakitiku?

Tuhan, mereka atau aku yang bodoh?
Aku yang bahkan hanya mengandalkan persepsi negatifku tentang mereka, aku tak pernah berfikir bagaimana dulu mereka menciptakan bahagia di hatiku.


Tapi Tuhan, masih pantaskah aku mengatai semua cintaku yang dulu, kini, setelah kini, dan mungkin selamanya itu brengsek? Padahal aku tau cinta tak bisa memilih.

Senin, 14 Mei 2012 1 komentar

tag : master of math (SMART)

Pernah,
Sebelum kita benar-benar dekat
Telah tersirat rasa yang merekat. melekat
Di hatiku

Dan ini dariku,
Yang dulu pernah kau panggil
Yang dulu pernah memanggil ( mu )
Sayang.

Pernah,
Aku memperhatikanmu
Tidak begitu lekat
Tapi cukup memikat

Ketika kamu sibuk bergelut dengan foto copy soal-soal
Dan cara jawabnya yang suka menggoncang otakku
Terkadang tanpa sadar aku memperhatikanmu
Memperhatikan caramu berhitung
Memperhatikan caramu bertanya
Memperhatikan caramu bersuara
Memperhatikan caramu menjawab
Memperhatikan apa yang gadis lain perhatikan darimu
Sesuatu yang tidak pernah kamu tau. Atau berpura tidak tau

Sabtu, 12 Mei 2012 0 komentar

Aku Adalah Orang Yang Sama

Aku adalah orang yang sama yang mencintaimu seperti dulu. Aku juga mencintaimu dengan cara yang sama seperti setahun lalu. Menunggumu, dengan kecanggungan mengontakmu terlebih dahulu. Cinta kali ini bukan cinta yang baru agaknya, hanya cinta yang dulu, yang terbangun karena sesuatu darimu yang membangunkan cinta itu. Atau mungkin aku memang selalu mencintaimu ?

Aku adalah orang yang sama yang mencintaimu dengan segala kesamaan yang dimiliki hatiku. Aku hanya meneruskan apa yang ada dan telah ada sebelum kesakitan ini menjalari tubuhku, walaupun aku lebih sering berfikir untuk melupakanmu, tetap saja yang kuteruskan adalah mencintaimu.
Jumat, 11 Mei 2012 0 komentar

Untuk Yang Telah Hilang

Amalia, 11 Mei 2012
Di malam kelabu yang menghempaskan segala rindu
yang merotasikan segala kenangan yang telah berlalu.



Tiada lagi namamu dalam inbox ponsel hitamku. Tiada lagi 300 pesan lebih yang kuhapus setiap harinya. Pulsaku selalu ingin meluap tanpa adanya guna untuk membalas pesan darimu. Jariku mulai kram karena tak bisa lagi memencet tombol keyboard ponsel untuk membalas pesanmu (tentunya). Hariku berantakan tanpa adanya kamu yang mengirim pesan hanya untuk membangunkanku, hanya agar aku membuka mata, kemudian belajar.

Tiada lagi pesan-pesan centil darimu yang menggelitik sampai dasar hatiku. Semuanya hilang, pergi. Seperti dilalap api. Mungkin saja enggan kembali. Hanya hari-hariku yang kembali seperti semula, hari-hari tanpamu. Hambar. Bahkan terlampau hambar. Sedikit pahit.
Hanya pesan-pesan iseng yang melengos dengan sender yang tak pernah kuanggap penting. Tak pernah.

Di setiap aku membuka mata, aku selalu berharap bahwa kemarin adalah mimpi. Mimpi buruk yang tak pernah terjadi dan tak boleh diungkit kembali. Tapi, sayang bukan itu yang terjadi.
Yang terjadi adalah rinduku semakin menjadi. Aku semakin frustasi.

Setiap setelah aku menyibak selimutku, aku selalu mengecek keadaan mataku. Bengkak-merah-berkantung selalu seperti itu. Aku tau, menangisimu semalaman memang tidak baik. Tapi itu bukan pilihan. Aku tidak bisa memilih.
Kamis, 10 Mei 2012 0 komentar

Kalian

Kalian yang begitu nakal telah memasuki ruang kalbuku
Kalian yang membuatku dirundung rindu pilu
Kalian berdua, sayang-sayangku.


Kalian datang atas nama cinta. Kemudian kalian pergi dengan logika yang sejak awal aku deklarasikan. Memutus setiap kabel hubungan yang pernah menghubungkan antara aku dan kalian.

Bagaimana caranya aku menjelaskan ?
Kalian terlalu absurd untukku logiskan. Terlalu rumit untukku jelaskan.
Kehadiran kalian, Kepergian kalian, Kenangan diantara aku dan kalian yang selalu menggenang di hatiku yang meranggas dedaunan cinta.

Dulu kalian pernah menjadi sebab senyumku,
tapi mengapa kini datang untuk tangisku ?

Aku begitu merindukan kalian.
Kalian disini adalah kamu dan kamu.
Kamu yang berdiri di sebrang, dan kamu yang berdiri di satu hentakkan.
Rabu, 02 Mei 2012 0 komentar

Hujan & Kamu ( 2 )

2 Mei 2012

Saat bulir hujan memantulkan bayangmu, cintaku.


Malam ini hujan ditemani angin, petir, dan kilat. Memaksaku untuk menjejalkan kepala ke dalam selimut hijau - tebal kesayanganku. Hujan kali ini begitu deras. Dentumnya sangat kurasakan di relung jiwaku yang kian lama kian membeku.

Aku membuka jendela perlahan, engselnya sedikit berderit. Aku menghirup aroma hujan dalam-dalam, seperti ketika aku menghirup aromamu dari balik tubuh jangkungmu. Aromanya menguat. Merambat. Menggelitik kecil di penciumanku.

5 menit. 10 menit. 20 menit. 30 menit.
Aku terlalu akrab dengan hujan. Tanpa sadar telah mengucilkan waktu.
Terlalu lama menatap hujan ternyata tidak baik untuk kesehatan hatiku. Secara instan aku mengingatmu. Mengingat kenangan yang telah berlalu memang menyayat pedih. Tapi aku menyukai itu. Setiap gores sayatan adalah obat dari setiap sakit yang ia berikan. Kenangan.

Dulu, hujan adalah rindu.
Rinduku padamu. Rinduku yang menggebu. Seperti deru suara hatiku.

Kini, kurasa hujan adalah abu kelu.
Menatapmu dalam hujan, kini sama saja menyemai rindu tak berbalas rindu.
Hanya kelu, yang kau balas untukku.
 
;